Jalur Menuju Gua Sungai Sangat Memompa Adrenalin

Boleh dikata perjalanan kami menyusuri Sungai Marang menuju Gua Sungai cukup dinaungi keberuntungan. Kondisi debit air pagi itu baik, dan memudahkan penyusuran kami menggunakan moda perahu ketinting, hingga menjelang hulu sungai, kami dapat berjumpa ceruk yang terbentuk dari kikisan sungai pada tebing karst. Ilas atau Liang Kedanum, masyarakat lokal menyebutnya, yang berarti tebing yang sampai menuju sungai. ⁣

Di beberapa kelokan sungai yang menembus belantara hutan karst, kami mendapati ilas Kedanum 1 atau disebutnya Lubang Tengkorak dan Liang Kedanum 2 atau Lubang Sungai. ibarat payung batu yang meneduhi. ⁣

Berkegiatan luar ruang di Sangkulirang-Mangkalihat ini tak hanya memompa adrenalin melalui jalur pendakian dan jalur panjat yang harus kita lalui untuk bisa mencapai beberapa situs cagar budaya gua yang terdapat gambar cadas pra sejarah nya, namun juga penyusuran Sungai Bengalon yang tak kalah memberi sensasi bertualang.⁣⁣
⁣⁣
Ditambah dengan penelusuran perihal makna gambar cadas plus folklore lokal yang menjadikannya bekal ilmu. Belum lagi perjumpaan dengan masyarakat lokalnya, mengenali kearifan lokal, sejarah, sosial budaya serta penyusuran eksplorasi gua-gua lainnya yang menyajikan takjub yang terdapat di kawasan ini, yang tentunya nanti akan saya bagikan. Menjadikan wisata minat khusus di kawasan Sangkulirang-Mangkalihat ini sebagai sebuah keutuhan ekspedisi di bentang alam karst di jantung hutan hujan tropis negeri ini. ⁣⁣

Duduk tenang, menikmati sejuk dalam gua di siang itu mengamati corak dan motif gambar cadas pra sejarah yang berusia 40.000 tahun yang lalu. Memvisualisasikan transfer ilmu yang diberi oleh DR. Pindi Setiawan, salah seorang pelatih saya dalam aktifitas penjelajahan gua dan juga seorang peniliti gambar cadas, semenjak kami menginjakkan kaki di Desa Tepian Langsat, Kutai Timur, Kalimantan Timur. ⁣

Setelah rehat di depan mulut gua guna menurunkan suhu tubuh sebelum mendekati gambar cadas, saya didampingi Falent, salah satu personil tim pemanjat & pemandu situs cagar budaya ini, saya berkeliling gua, mengamati dan mencatat data-data tentang gambar cadas tertua yang pernah ditemukan di dunia ini. Hingga kemudian duduk santai sembari merangkum nya pada buku jurnal, menyusun kerangka yang akan saya jadikan bahan tulisan tentang ekspedisi ini pada media majalah bersampul jendela, yang bernafaskan penjelajahan. ⁣

Sekitar pukul 14:00 kami keluar dari gua yang berketinggian 90 meter dari permukaan sungai ini untuk kembali turun menggunakan peralatan panjat lalu melanjutkan perjalanan menuju kamp Tepian Langsat, untuk beristirahat, sebelum memulai kegiatan esok harinya menelesuri beberapa gua, menyisir sungai dan meneropong sisi lain bentang alam karst di Sangkulirang-Mangkalihat ini. ⁣