Setelah tiba di pelabuhan-pelabuhan tertentu di Indonesia, Badan Logistik Negara (Bulog) akan mulai mendistribusikan sekitar 75 ribu ton jagung impor dari Brasil.
“Sekitar 75 ribu ton jagung impor sudah tiba,” kata Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar Utomo di Jakarta, Jumat. “Sudah 13 ribu ton sudah sampai di Pelabuhan Ciwandan di Banten, dan 62 ribu ton sudah sampai di Terminal Teluk Lamong di Surabaya.”
Pada November 2018, pemerintah memutuskan untuk mengimpor 100.000 ton jagung untuk biji-bijian pakan ternak untuk mengurangi kelangkaan selama musim hujan.
Menurut Utomo, komoditas tersebut akan diberikan kepada petani dari gudang dengan harga Rp4 ribu per kilogram.
“Peternak di Jatim akan didahulukan karena Blitar (Jawa Timur) memiliki industri peternakan ayam terbesar,” jelasnya.
Petani di Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan juga akan menerima produk tersebut.
“Pendistribusian jagung impor ini dimaksudkan agar harga ayam dan telur di pasar lokal tetap stabil. Alhamdulillah harga ayam tetap konsisten di Rp30 ribu per kilogram, dan harga telur tetap stabil di Rp18 ribu per kilogram” melanjutkan untuk mengatakan lebih banyak.
Menurut Utomo, pemerintah memutuskan untuk mengimpor jagung karena keterlambatan penanaman jagung saat musim hujan dan petani di beberapa daerah mengalami gagal panen.
Diakuinya, produksi petani lokal cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional, karena bisa mencapai 20 juta ton per tahun, padahal konsumsi gabah nasional hanya 12 juta ton per tahun.
“Tahun lalu kami mengekspor lebih dari 300.000 ton, menunjukkan bahwa produksi petani lokal berlimpah,” katanya.