Ketika kita memikirkan kekurangan gizi, kita biasanya membayangkan seorang anak kecil yang tidak cukup makan. Namun di Indonesia, situasinya lebih rumit: remaja juga mengalami krisis gizi.
Indonesia memiliki salah satu populasi remaja terbesar di dunia, dengan 45 juta anak muda berusia antara 10 dan 19 tahun. Bahkan sebelum COVID-19, mereka menghadapi tiga ancaman malnutrisi: kurang gizi, kekurangan zat gizi mikro, dan obesitas. Seperempat dari mereka kerdil, atau terlalu kecil untuk usia mereka; 8% kurus atau gemuk; 15% kelebihan berat badan atau obesitas; dan 22% remaja putri mengalami anemia.
Kekurangan gizi, dalam bentuk apa pun, berdampak negatif pada perkembangan jangka panjang anak dan bahkan dapat diturunkan secara turun-temurun. Wanita remaja yang anemia, misalnya, lebih cenderung menjadi ibu yang anemia, melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah yang rentan mengalami stunting, di samping kinerja kognitif yang buruk dan produktivitas kerja yang rendah. Di Indonesia, lebih dari separuh ibu hamil mengalami anemia karena kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya.
Kebiasaan baik yang terbentuk selama masa remaja, seperti kebiasaan makan yang baik dan latihan fisik, dapat bertahan seumur hidup dan membantu memutus siklus antargenerasi yang kekurangan gizi. Namun, masih ada terlalu sedikit dan jauh antara inisiatif yang ditujukan untuk meningkatkan gizi selama tahun-tahun pembentukan di seluruh negeri, dan mereka perlu ditingkatkan dengan cepat.
Pemerintah Indonesia telah bereksperimen dengan berbagai kebijakan dan inisiatif kesehatan masyarakat untuk mendorong nutrisi sehat sepanjang masa remaja, dengan bantuan dari UNICEF dan mitra lainnya. Berdasarkan bukti bahwa zat besi dan asam folat yang diawasi yang diberikan seminggu sekali dapat membantu menurunkan prevalensi anemia pada remaja putri, program nasional telah mendistribusikan suplemen asam folat besi mingguan kepada remaja putri di sekolah sejak 2016. Namun, masih ada kurangnya cakupan.
Baru-baru ini, sebuah program bernama Aksi Bergizi (Action on Nutrition) memperluas program nasional dengan menawarkan suplemen zat besi dan asam folat mingguan, lokakarya pendidikan gizi, dan pesan kesehatan masyarakat untuk mendukung praktik gizi sehat di kalangan remaja putri dan laki-laki usia sekolah.