Keindahan Bawah Laut Kunci Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia

Lagu daerah “Nenek Moyangku Seorang Pelaut” (Nenek Moyangku Seorang Pelaut) dikenal luas di kalangan anak muda Indonesia, dan berkaitan dengan kekayaan bahari negara sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, yaitu 95.181 kilometer, dan luas laut 5,8 juta kilometer persegi, yang merupakan 71 persen dari wilayah kedaulatan negara. Perairannya yang besar adalah rumah bagi beragam keindahan bawah laut.

Segitiga Terumbu Karang, yang terletak di bagian barat Samudra Pasifik, merupakan daya tarik bawah laut yang terkenal. Ini mencakup sebagian dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon dari barat ke timur. Namanya mengacu pada keanekaragaman karang yang luar biasa di kawasan itu, yang mencakup 605 dari 798 spesies karang dunia, atau 76 persen. Selain karang, Segitiga Terumbu Karang menyediakan surga bagi makhluk air. Enam dari tujuh spesies penyu dunia, serta lebih dari 2.000 spesies ikan karang, menyebut tempat ini sebagai rumah. Di Segitiga Terumbu Karang, Indonesia merupakan episentrum keanekaragaman hayati laut.

Bagian Indonesia dari Segitiga Terumbu Karang membentang dari laut timur Kalimantan hingga perairan timur Papua. Menurut World Wildlife Fund, laut di sekitar pulau New Guinea, khususnya perairan Semenanjung Doberai di provinsi Papua Barat, memiliki keragaman karang terbesar. Ini membanggakan 574 spesies karang yang berbeda, terhitung 72 persen dari semua spesies karang di planet ini. Kepulauan Raja Ampat yang terletak di barat laut Semenanjung Doberai memiliki keanekaragaman karang yang cukup signifikan, dengan 553 jenis karang, atau 69 persen dari seluruh jenis karang di dunia.

Di bagian Segitiga Terumbu Karang Indonesia, di Kepulauan Derawan di provinsi Kalimantan Timur, salah satu Destinasi Wisata Prioritas baru di Indonesia, masih banyak lagi spesies laut langka yang dapat ditemukan (DPP). Ubur-ubur tak bersengat yang hanya bisa ditemukan di dua tempat di planet ini, termasuk Kepulauan Derawan, adalah salah satu makhluk tak biasa yang ditemukan di sini. Ekologi laut terpelihara dengan baik dan bersih, memungkinkan empat jenis ubur-ubur tak bersengat yang berbeda yang tinggal di sini untuk berkembang.

Vereeniging Toeristenverkeer (Asosiasi Pariwisata), yang dibentuk pada April 1908 di Weltevredeen, Batavia, merupakan cikal bakal pariwisata modern di Indonesia. Maju cepat 110 tahun, dan Indonesia sekarang menerima lebih dari 15 juta pengunjung setiap tahun. Epidemi COVID-19, di sisi lain, telah berdampak pada pariwisata di seluruh dunia, dengan kedatangan pengunjung internasional Indonesia turun 88 persen menjadi hampir 4 juta pada tahun 2020.